Berita Surabaya

Jambore Kader Posyandu Pekan ASI 2018: Tantangan Ibu ASI di Perkotaan, Butuh Dukungan Ayah ASI

menyusui memang tugas seorang ibu, namun bukan berarti ayah lalu lepas tangan.

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: irwan sy
surya/ahmad zaimul haq
Peserta mengajak serta anak Balitanya dalam fashion show ibu, bapak dan anak memeriahkan Jambore Kader Posyandu memperingati Pekan ASI 2018 di Balai Pemuda, Kamis (30/8). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Usia nol sampai enam bulan sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu air susu ibu (ASI) diharapkan bisa menjadi asupan utama pada bayi oleh para ibu.

Namun, di perkotaan seperti Surabaya, tantangan seorang ibu memberikan ASI ekslusif menjadi lebih berat. Banyaknya ibu yang bekerja terkadang harus berjuang ekstra agar bisa kontinyu memberikan ASI pada si kecil.

Oleh sebab itu, peran ayah ASI juga menjadi penting. Pesan itu yang ingin disampaikan dalam kegiatan Jambore Kader Posyandu dalam rangka memperingati Pekan ASI 2018, di Balai Pemuda, Kamis (30/8/2018).

Sebab menyusui memang tugas seorang ibu, namun bukan berarti ayah lalu lepas tangan.

"Benar sekali, suami juga harus mendukung. Waktu awal menyusui saya hanya belajar dari youtube, dan ternyata rasanya sakit sekali, tapi beruntung suami saya sangat mendukung," kata warga Bulak Banteng, Mega Intan.

Ia mengatakan, suaminya kerap memberi dukungan. Bukan hanya memotivasi dalam bentuk kata-kata. Melainkan juga dalam bentuk tindakan. Seperti membantu memijat dan juga membantu pekerjaan yang tidak bisa dilakukaan saat menyusui anak.

"Dan selama memberi ASI pada Zea, anak saya, alhamdulillah dia jadi tidak demam saat diimunisasi. Karena manfaat ASI sangat besar saya berupaya untuk meberikan ASI eksklusif," ujarnya.

Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Timur Diah Hernani mengatakan dua tahun lalu data angka cakupan ASI di Jawa Timur masih berkisar 71 persen. Namun angkanya terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran ibu dalam menyusui sang bayi.

Dikatakan Diah, ASI adalah semua bayi. Sehingga ia menyarankan agar bagi ibu-ibu baru harus memberikan upaya terbaik agar bisa menyalurkan ASInya.

"Saya sarankan melatih menyusui sebelum bayi lahir. Jangan begitu lahir baru mencari info dan berlatih, jika ada kendala maka harus temui orang yang tepat untuk sharing dan mencari solusi," katanya.

Sebab setiap bayi, setiap ibu pasti memiliki kendala masing-masing dalam menyusui. Sehingga konseling yang tepat juga menjadi kunci keberhasilan dalam memberikan ASI.

Sementara itu Area Program Manager Wahana Visi Surabaya Ajeng Herning Danastri, mengatakan kegiatan ini diselenggarakan bersama Dinas Kesehatan dan melibatkan 400 ratusan kader posyandu di Surabaya.

Dalam acara itu, kader posyandu diajak untuk mengikuti outbound dan mengikuti sosialisasi pentingnya ASI. Serta ibu-ayah ASI juga diajak main games edukasi terkait manfaat ASI yang bisa mendatangkan banyak manfaat.

"ASI ekslusif juga mencegah adanya stunting. Dalam jangka panjang ASI ekslusif juga memberikan manfaat kualitas sumber daya manusia seorang anak," tegas Ajeng.

Untuk ayah ASI, ia menyarankan agar para suami melakukan pijak oksitosin pada ibu untuk menstimulus dan memudahkan keluarnya ASI.

"Sebab angka cakupan ASI di Surabaya masih rendah seiring dengan tantangan ibu ibu perkotaan yang banyak bekerja dan mudahnya akses susu formula," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved