Berita Pendidikan Surabaya

Di Tangan 2 Siswa SMP Islam Al Azhar, Kotoran Sapi Bermanfaat untuk Peredam Suara, begini Inovasinya

“YANG kami uji mulai dari hasil buatan kami, glass woll hingga sejumlah serat lain yang mengandung selulosa seperti bonggol jagung, enceng gondok."

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Parmin
surya/sulvi sofiana
REDAM SUARA - Muhammad Rizky Airlanggga Djojonegoro dan Wan Muhammad Irfan memperlihatkan lempengan peredam suara berbahan kotoran sapi di SMP Al-Azhar, Selasa (29/11/2016). 

SURYA co.id | SURABAYA - Glass wool selama ini dikenal sebagai bahan peredm suara paling efektif. Material ini sering kali digunakan dalam studio musik.

Namun, tim peneliti belia asal SMP Islam Al Azhar 13, Muhammad Rizky Airlangga Djojonegoro dan Wan Muhammad Irfan mencoba inovasi yaitu kotoran sapi dijadikan alat peredam suara.

“Kami pernah baca jurnal peredam suara di Jepang pakai bambu yang kaya Selulosa. Sedangkan kotoran sapi yang selama ini hanya dipakai biogas atau kompos juga kaya selulosa, jadi kami coba berinovasi,” ungkap Rizky ketika ditemui di Laboratorium Biologi di SMP Al Azhar 13, Selasa (29/11/2016).

Sejak 2015 mereka mulai membuat lempengan peredam suara dari kotoran sapi tersebut.

Dimulai dengan mengeringkan kotoran sapi yang mereka kumpulkan dari peternakan di Madura dan tempat penampungan sementara hewan kurban.

Kotoran yang belum bercampur tanah tersebut mereka keringkan di sekolah.

“Kalau dikeringkan langsung dengan sinar matahari pas terik tiga hari sudah kering, kemudian kami haluskan terus kami campur dengan lem dan air,” paparnya.

Setelah terbentuk adonan, mereka melakukan pengepresan layaknya pembuatan kertas daur ulang.

Hingga terbentuk adonan pipih yang telah berkurang kadar airnya kemudian dijemur kembali.

Mereka kemudian melakukan pengujian efektivitas peredaman suara di dua laboratorium berbeda.

Yakni, Balai Riset dan Strandardisasi Surabaya serta Laboratorium ITS.

“Yang kami uji mulai dari hasil buatan kami, glass woll hingga sejumlah serat lain yang mengandung selulosa seperti bonggol jagung, enceng gondok, dan ampas tebu,” ungkapnya.

Hasil laboratorium kemudian dipaparkan Wan, bahwa kemampuan daya serap bunyi dari kotoran sapi ditemukan lebih tinggi daripada bahan lainnya. Sekitar 21,19 desibel dengan frekuensi suara 8000 Hz.

“Kalau sudah jadi lempengan dan kering tidak akan bau, karena cairan sudah kami keluarkan saat pengeringan pertama dan kedua,” ungkap Wan.

Karya mereka akhirnya mendapat medali emas dalam ajang peneliti belia kategori fisika tingkat nasional di Jakarta pada 18-19 November lalu.

Atas prestasi ini, mereka akan mewakili Indonesia pada dua kompetisi internasional.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved